A. PENDAHULUAN
Pendidikan
kejuruan di Indonesia telah berumur 150 tahun lebih, sejarah mencatat sekolah
kejuruan pertama pada zaman belanda tahun 1853, adalah Sekolah Pertukangan
Surabaya (Ambacht School Van Soerabaia).
Di Bandung di buka Ambacht School and Ambacht
Leergang, yang kemudian menjadi Sekolah Teknik Ciroyom. Pendidikan kejuruan
pada zaman penjajahan berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan tenaga kerja Belanda.
Hingga awal kemerdekaan konsep pendidikan kejuruan mengkuti pendidikan kejuruan
di Belanda. Sejak pelita digulirkan pada akhir tahun 60an bentuk pendidikan
kejuruan mulai mengadopsi model dan negara lain. Mulai saat ini secara perlahan
pendidikan kejuruan mulai mendapat tempat pada sistem pendidikan di Indonesia.
Awal
upaya terpadu pengembangan pendidikan kejuruan pada Pelita V (melalui UU No. 2
Tahun 1989) dapat dikatakan merupakan tonggak awal pengembangan pendidikan
kejuruan secara terpadu di Indonesia. PP No. 29 Tahun 1990 terdapat 3 pasal
sebagai dasar berpijak bagi pengembangan pendidikan kejuruan. Upaya lain adalah
kerjasama pendidikan kejuruan dengan dunia usaha dan industry. Penerapan pendidikan
sistem ganda melalui konsep “Link and
Match” merupakan tonggak bersejarah bagi awal upaya pemerintah melibatkan industri
dalam pendidikan kejuruan. Kemudian dengan Pembentukan Majelis Pendidikan Kejuruan
NasonaI (MPKN) dan Pembentukan MPKN untuk propinsi.
Strategi
pengembangan pendidikan kejuruan setelah orde reformasi adalah dengan mengembangkan
mutu dan relevansi dan membina sejumlah SMK bertaraf internasional. Perluasan
dan pemerataan akses dengan tetap memperhatikan mutu pendidikan dan meningkatkan
manajemen SMK dengan menerapkan prinsip “Good
Governance” (Renstra Dit PSMK, 2005:8).
B. TUJUAN PENULISAN MAKALAH
1.
Mengetahui hakekat dan tujuan pendidikan
kejuruan.
2.
Mengetahui fungsi pendidikan kejuruan.
3.
Mengetahui landasan filosofis pendidikan
kejuruan.
4.
Mengetahui filsafat pendidikan kejuruan.
5.
Mengetahui prinsip pendidikan kejuruan dikaitkan
dengan masyarakat.
6.
Mengetahu pendidikan kejuruan dan
tuntutan pengelolaan pendidikan kejuruan.
7.
Mengetahui tuntutan pendidikan kejuruan
menjawab kebutuhan masyarakat
C. PEMBAHASAN
1.
Hakekat
dan Tujuan Pendidikan Kejuruan
Pada
hakekatnya arah pendidikan ada 3 stream:
a.
Education for
Democracy (John Dewey), aliran democracy
“pendidikan sebagai sarana demokrasi” Pendidikan bersifat umum, siswa mengikuti
pendidikan tidak ditargetkan untuk menjadi tukang yang slap kerja, tetapi untuk
mengetahui dan memahami apa yang terjadi di lingkungannya. Siswa diperkenalkan
dengan masalah baru dan dilatih menyelesaikan. Siswa mampu mengembangkan
kemampuan, mencari alternative melanjutkan pendidikan atau bekerja,
pemecahannya dan berani untuk mengambil keputusan (Pendidikan umum).
b.
Education for
earning money for irfe (Charles Prosser), aliran social efficiency pendidikan bagi para siswa yang ingin
mengembangkan karier untuk bekerja setelah lulus. Mempersiapkan siswa untuk
bekerja setelah lulus (Pendidikan kejuruan).
c.
Education for all
(Paulo Freire) konsep “Life long
education” (pendidikan seumur hidup). Pendidikan Luar Sekolah, pendidikan
ditunjuk bagi minoritas, bagi mereka yang tidak mendapatkan kesempatan melalui pendidikan
formal.
Mengacu
pada hakekat pendidikan di atas maka pendidikan kejuruan merupakan:
a.
Education
for employment: (pendidikan untuk pekerjaan) siswa
mengikuti pendidikan ditargetkan untuk menjadi pribadi yang siap kerja, dan
untuk mengetahui serta memahami apa yang terjadi di lingkungannya. Siswa
diperkenalkan dengan masalah baru dan dilatih untuk menyelesaikan. Siswa mampu mengembangkan
kemampuan, mencari alternatif melanjutkan pendidikan atau bekerja, pemecahannya
dan berani untuk mengambil keputusan dalam lingkungan pendidikan sebagai
pekerjaannya.
b.
Education
for employability: (pendidikan untuk kelayakan kerja)
siswa mengikuti pendidikan ditargetkan untuk menjadi tenaga kerja ahli yang
profesional, berdedikasi, mengetahui dan memahami serta merespon dengan cepat
apa yang terjadi di lingkungannya. Siswa diperkenalkan dengan masalah baru dan
dilatih untuk menyelesaikan, juga mampu mengembangkan sendiri kemampuannya,
mencari alternatif pekerjaan, serta pemecahannya untuk berani mengambil
keputusan dengan cepat.
c.
Education
for self-employment: (pendidikan untuk mempekerjakan diri
sendiri) siswa mengikuti pendidikan ditargetkan untuk menjadi usahawan, dan
untuk mengetahui, memahami serta membaca peluang usaha yang ada di
lingkungannya. Siswa diperkenalkan dengan jenis usaha, masalah yang mungkin
mucul dilatih untuk menyelesaikannya. Siswa mampu mengembangkan kemampuan,
mencari alternatif melanjutkan mengembangkan usahanya, pemecahannya dan berani
untuk mengambil keputusan
Berikut
adalah di antara pengertian dan tujuan pendidikan kejuruan dari berbagai sumber
dan pakar pendidikan.
a.
Pendidikan kejuruan adalah pendidikan
yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam
bidang tertentu. (UUSPN 2 1989).
b.
Pendidikan Kejuruan adalah pendidikan
pada jenjang mengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan
siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu. (PP
29 tahun 1990 Pasal 1 ayat 3)
c.
Pendidikan kejuruan adalah pendidikan
yang diarahkan untuk mempelajari bidang khusus, agar para lulusan memiliki
keahlian tertentu seperti bisnis, pabrikasi, pertanian, kerumahtanggaan,
otomotif telekomunikasi, listrik, bangunan dan sebagainya (Snedden, 1917:8).
d.
Pendidikan teknologi dan kejuruan adalah
bagian dari pendidikan yang mencatak individu agar dia dapat bekerja pada
kelompok tertentu (Evan, 1978).
e.
Pendidikan teknologi dan kejuruan adalah
suatu program yang berada di bawah organisasi pendidikan tinggi yang
diorganisasikan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki dunia kerja (Good,
1959).
f.
Pendidikan teknologi dan kejuruan adalah
pendidikan yang diselenggarakan bagi para siswa yang
merencanakan dan mengembangkan karirnya pada bidang
keahlian tertentu untuk bekerja secara produktif.
Dari
berbagai definisii di atas dapat kita kemukakan bahwa pendidikan teknologi dan
kejuruan adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi para siswa yang
merencanakan dan mengembangkan karirnya pada bidang keahlian tertentu untuk
bekerja secara produktif dan professional dan juga siap melanjutkan ke tingkat
pendidikan yang lebih tinggi.
2.
Fungsi
Pendidikan Kejuruan
Pendidikan
kejuruan berfungsi menyiapkan siswa menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang
mampu meningkatkan kualitas hidup, mampu mengembangkan dirinya, dan memiliki
keahlian dan keberanian membuka peluang meningkatkan penghasilan. Sebagai suatu
pendididikan khusus, pendidikan kejuruan direncanakan untuk mempersiapkan
peserta didik untuk memasuki dunia kerja, sebagai tenaga kerja produktif yang
mampu menciptakan produk unggul yang dapat bersaing di pasar global dan
professional yang memiliki kualitas moral di bidang kejuruannya (keahliannnya).
Di samping itu pendidikan kejuruan juga berfungsi mempersiapkan siswa menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Fungsi
pendidikan kejuruan menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja produktif antara lain
meliputi:
a.
Memenuhi keperluan tenaga kerja dunia
usaha dan industri.
b.
Menciptakan lapangan kerja bagi dirinya
dan bagi orang lain.
c.
Merubah status siswa dari ketergantungan
menjadi bangsa yang berpenghasilan (produktif).
Sedangkan
sebagai tenaga kerja professional siswa mampu mengerjakan tugasnya secara
cepat, tepat dan effisien yang didasarkan pada unsur-unsur berikut:
a.
ilmu atau teori yang sistematis,
b.
kewenangan professional yang diakui oleh
klien,
c.
sanksi dan pengakuan masyarakat akan
keabsahan kewenangannya dan
d.
kode etik yang regulative.
Selanjutnya,
menyiapkan siswa menguasai IPTEK dimaksudkan agar siswa:
a.
Mampu mengikuti, menguasai, dan
menyesuaikan diri dengan kemajuan IPTEK.
b.
Memiliki kemampuan dasar untuk dapat
mengembangkan diri secara berkelanjutan
3.
Tinjauan
Filosofis
Landasan filosofis yang mendasari pendidikan kejuruan, harus mampu
menjawab dua pertanyaan : pertama, Apa yang harus diajarkan? dan kedua,
Bagaimana harus mengajarkan? (Calhoun dan Finch, 1982). Chalhoun dan Finch
menegaskan bahwa sumber prinsip-prinsip fundamental pendidikan kejuruan adalah individu dan perannya dalam suatu
masyarakat demokratik, serta peran pendidikan
dalam transmisi standar sosial.
Secara filosofis, penyusunan
kurikulum SMK perlu mempertimbangkan perkembangan psikologis peserta didik dan
perkembangan atau kondisi sosial budaya masyarakat.
a.
Perkembangan psikologis peserta didik
Manusia, secara umum mengalami
perkembangan psikologis sesuai dengan pertambahan usia dan berbagai faktor
lainnya; yaitu latar belakang pendidikan,
ekonomi keluarga, dan lingkungan pergaulan, yang mengkibatkan perbedaan dalam
dimensi fisik, intelektual, emosional, dan spiritual. Pada kurun usia peserta
didik di SMK, mereka memiliki kecenderungan untuk mencari identitas atau jati
diri.
Fondasi kejiwaan yang kuat
diperlukan peserta didik agar berani menghadapi, mampu beradaptasi dan
mengatasi berbagai masalah kehidupan, baik kehidupan profesional maupun
kehidupan keseharian, yang selalu berubah bentuk dan jenisnya serta
meningkatkan diri dengan mengikuti pendidikan yang lebih tinggi.
b.
Kondisi sosial budaya
Pendidikan
merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Pendidikan yang diterima dari lingkungan keluarga (informal), diserap dari
masyarakat (nonformal), maupun yang diperoleh dari sekolah (formal) akan
menyatu dalam diri peserta didik, menjadi satu kesatuan yang utuh, saling
mengisi dan diharapkan dapat saling memperkaya secara positif.
Peserta didik SMK berasal dari
anggota berbagai lingkungan msyarakat yang memiliki budaya, tata nilai, dan
kondisi sosial yang berbeda. Pendidikan kejuruan mempertimbangkan kondisi sosial, maka segala
upaya yang dilakukan harus selalu berpegang teguh pada keharmonisan hubungan
antar sesama individu dalam masyarakat luas yang dilandasi dengan akhlak dan
budi pekerti yang luhur, serta keharmonisan antar sistem pendidikan dengan
sosial budaya.
4.
Filsafat
Pendidikan Kejuruan
Filsafat
adalah apa yang diyakini sebagai suatu pandangan hidup dan landasan berpikir
yang diianggap benar dan baik. Filsafat menurut Jalius Jama: 2010 meliputi
hal-hal sebagai berikut:
a.
Usaha secara spekulatif untuk menyajikan
pandangan yang sistematis dan lengkap tentang kenyataan.
b.
Usaha mendeskripsikan sifat dasar yang
terdalam dan sesungguhnya dari kenyataan.
c.
Usaha untuk menentukan batas-batas dan
lingkup pengetahuan.
d.
Penyelidikan secara kritis terhadap
hipotesis.
e.
Ilmu untuk membantu seseorang untuk
memaknai (purposeful meaning) apa
yang dikatakan dan apa yang dilihat dan apa yang dilakukan.
Dalam
pendidikan kejuruan ada dua aliran filsafat yang sesuai dengan keberadaanya,
yaitu eksistensialisme dan esensialisme. Eksistensialisme berpandangan bahwa
pendidikan kejuruan harus mengembangkan eksistensi manusia untuk bertahan
hidup, bukan merampasnya. Filosofi
eksistensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan kejuruan harus menyuburkan dan
mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui fasilitasi
yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, pro perubahan
(kreatif, inovatif dan eksperimentatif), menumbuhkan dan mengembangkan bakat,
minat, dan kemampuan peserta didik. Sedangkan esensialisme
berpandangan bahwa pendidikan kejuruan harus mengaitkan dirinya dengan sistem-sistem
yang lain seperti ekonomi, politik, sosial, ketenaga kerjaan serta religi dan
moral. Filosofi esensialisme menekankan
bahwa pendidikan harus berfungsi dan relevan dengan kebutuhan, baik kebutuhan
individu, keluarga, maupun kebutuhan kebutuhan berbagai sektor dan sub-sub
sektornya, baik local, nasional, maupun internasional. Dalam menaktualisasikan
kedua filosofi tersebut, empat pilar pendidikan yaitu learn to know, learning to do, learning to live together, and learning
to be merupakan patokan berharga bagi penyelenggara praktek-praktek
penyelenggaraan pendidikan kejuruan mulai dari kurikulum, tenaga pendidik
(guru), proses belajar mengajar, sarana dan prasarana, hingga penilaian.
Menurut
Teori Prosser (dalam presentasi oleh Bachtiar Hasan: 2010 berjudul Pendidikan
Kejuruan di Indonesia), landasan filsafat pendidikan kejuruan dapat diringkas
sebagai berikut:
a.
Sekolah kejuruan akan efektif jika siswa diajar dengan
materi, alat, mesin dan tugas-tugas yang sama atau tiruan dimana siswa akan
bekerja.
b.
Sekolah kejuruan akan efektif hanya jika siswanya
diperkenalkan dengan situasi nyata untuk berfikir, berperasaan, berperilaku seperti
halnya pekerja, di industri, dimana siswa akan bekerja setelah lulus.
c.
Sekolah kejuruan akan efektif jika siswa dilatih langsung
untuk berfìkir dan secara teratur.
d.
Untuk setiap jenis pekerjaan, individu harus memiliki
kemampuan minimum agar mereka bisa mempertahankan diri untuk bekerja dalam
posisi tersebut.
e.
Pendidikan kejuruan akan efektif jika membantu individu
untuk mencapai cita-cita, kemampuan, dan keinginannya pada tingkat yang lebih
tinggi.
f.
Pendidikan kejuruan untuk suatu jenis keahlian, posisi
dan keterampilan akan efektif hanya diberikan kepada siswa yang merasa
memerlukan, menginginkan dan mendapatkan keuntungan.
g.
Pendidikan kejuruan akan efektif apabila pengalaman
latihan yang dilakukan akan membentuk kebiasaan bekerja dan berfikir secara teratur
dan betul-betul diperlukan untuk meningkatkan prestasi kerja.
h.
Pendidikan kejuruan akan efektif jika diajar oleh guru
dan instruktur yang telah memiliki pengalaman dan berhasil di dalam menerapkan
keterampilan dan pengetahuan mengenai operasi dan proses kerja yang dilakukan.
i.
Pendidikan kejuruan harus memahami posisinya dalam masyarakat,
dan situasi pasar, melatih siswa untuk dapat memenuhi tuntutan pasar tenaga
kerja dan dengan menciptakan kondisi kerja yang lebih baik.
j.
Menumbuhkan kebiasaan kerja yang efektif kepada siswa hanya
akan terjadi apabila training yang diberikan berupa pekerjaan nyata, dan bukan
merupakan latihan semata.
k.
Materi training yang khusus pada jenis pekerjaan
tertentu hendaknya merupakan pengalaman tuntas pada pekerjaan tersebut.
l.
Untuk setiap jenis pekerjaan mempunyai ciri khusus, sehingga
memerlukan materi diklat khusus pula.
m.
Pendidikan kejuruan akan menghasilkan pelayanan yang
efisien apabila penyelenggaraan training diberikan kepada sekelompok siswa yang
memerlukan (motivasi) dan memperoleh keberhasilan dari program tersebut.
n.
Pendidikan kejuruan akan efisien dan efektif apabila
metode pembelajaran memperhatikan karakteristik siswa.
o.
Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien apabila dilaksanakan
dengan fleksibel, dinamis dan terstandar.
p.
Walaupun setiap usaha perlu dilaksanakan sehemat
mungkin, pembiayaan pendidikan yang kurang dan batas minimum tidak bisa dilaksanakan
secara efisien. Dan jika pembelajaran tidak bisa menjangkau dengan biaya
minimum, sebaiknya pendidikan kejuruan tidak dilaksanakan (Prosser dan AlIen,
1825).
5.
Arah
Prinsip Pendidikan Kejuruan Dikaitkan dengan Masyarakat
Miller:
1986 memberikan 10 prinsip pendidikan kejuruan dikaitkan dengan masyarakat
(people) sebagai berikut:
a.
Bimbingan
Bimbingan merupakan unsur yang penting dalam pendidikan kejuruan. Lembaga pendidikan dan kejuruan diharapkan bisa memberikan bimbangan dan tuntunan kepada masyarakat sekitar dalam memecahkan maslah hidup dan kehidupannya.
Bimbingan merupakan unsur yang penting dalam pendidikan kejuruan. Lembaga pendidikan dan kejuruan diharapkan bisa memberikan bimbangan dan tuntunan kepada masyarakat sekitar dalam memecahkan maslah hidup dan kehidupannya.
b.
Belajar seumur hidup
Prinsip belajar seumur hidup atau terus menerus dapat diterapkan pada pendidikan kejuruan karena pendidikan kejuruan harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Prinsip belajar seumur hidup atau terus menerus dapat diterapkan pada pendidikan kejuruan karena pendidikan kejuruan harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c.
Memenuhi kebutuhan masyarakat
Pendidikan kejuruan harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat baik secara individu, masyarakat maupun nasional.
Pendidikan kejuruan harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat baik secara individu, masyarakat maupun nasional.
d.
Pendidikan kejuruan terbuka bagi semua
Pendidikan kejuruan terbuka bagi semua lapisan masayarakat tanpa terkecuali, tanpa membedakan yang kaya dan yang miskin, pria dan wanita.
Pendidikan kejuruan terbuka bagi semua lapisan masayarakat tanpa terkecuali, tanpa membedakan yang kaya dan yang miskin, pria dan wanita.
e.
Penempatan
Bukan hanya melahirkan lulusan yang memiliki kompetensi, pendidikan kejuruan juga bertanggung jawab untuk dalam penempatan lulusannya untuk menduduki berbagai bidang pekerjaan dalam kehidupannya sesuai dengan kompetensinya.
Bukan hanya melahirkan lulusan yang memiliki kompetensi, pendidikan kejuruan juga bertanggung jawab untuk dalam penempatan lulusannya untuk menduduki berbagai bidang pekerjaan dalam kehidupannya sesuai dengan kompetensinya.
f.
Perbedaan peran jenis kelamin
Pendidikan kejuruan dapat berperan menghilangkan anggapan salah sebagian masyarakat bahwa pendidikan kejuruan hanya untuk kaum pria saja. Sesuai dengan prinsip sebelumnya bahwa pendidikan kejuruan tidak membedakan antara pria dan wanita.
Pendidikan kejuruan dapat berperan menghilangkan anggapan salah sebagian masyarakat bahwa pendidikan kejuruan hanya untuk kaum pria saja. Sesuai dengan prinsip sebelumnya bahwa pendidikan kejuruan tidak membedakan antara pria dan wanita.
g.
Individu dengan kebutuhan khusus
dilayani melalui pendidikan kejuruan
Sebagian individu/ masyarakat memiliki kebutuhan khusus yang berbeda dengan yang lain. Hal ini dapat dilayani melalui pendidikan kejuruan.
Sebagian individu/ masyarakat memiliki kebutuhan khusus yang berbeda dengan yang lain. Hal ini dapat dilayani melalui pendidikan kejuruan.
h.
Organisasi siswa adalah suatu corak
pendidikan kejuruan integral
Melalui pendidikan kejuruan dapat dibentuk organisasi siswa secara integral.
Melalui pendidikan kejuruan dapat dibentuk organisasi siswa secara integral.
i.
Guru pendidikan kejuruan merupakan guru
pendidikan profesi dan jabatan.
Guru merupakan komponen utama dan penting dalam pendidikan kejuruan. Oleh sebab itu guru harus memiliki kompetensi khusus dalam bidang yang diajarkannya (kompetensi akademik) dan mengetahui bagaimana cara mengajar (kompetensi pedagogik).
Guru merupakan komponen utama dan penting dalam pendidikan kejuruan. Oleh sebab itu guru harus memiliki kompetensi khusus dalam bidang yang diajarkannya (kompetensi akademik) dan mengetahui bagaimana cara mengajar (kompetensi pedagogik).
j.
Etos kerja (work ethic) dipromosikan melalui pendidikan kejuruan.
Etos kerja dapat diartikan sebagai kebiasaan kerja, kecendrungan modal kerja atau pandangan hidup kerja. Melalui pendidikan kejuruan siswa dilatih untuk meningkatkan etos kerjanya, prestasi kerjanya dan pada gilirannya dapat mencapai produktivitas yang tinggi.
Etos kerja dapat diartikan sebagai kebiasaan kerja, kecendrungan modal kerja atau pandangan hidup kerja. Melalui pendidikan kejuruan siswa dilatih untuk meningkatkan etos kerjanya, prestasi kerjanya dan pada gilirannya dapat mencapai produktivitas yang tinggi.
Dalam
kaitannya dengan prinsip pengajaran pendidikan kejuruan, Miller juga memberikan
8 prinsip sebagai berikut:
a.
Kesadaran akan karir adalah bagian
penting dalam pendidikan kejuruan khususnya pada proses awal pendidikan itu
sendiri.
b.
Pendidikan kejuruan merupakan pendikan
yang menyeluruh dan merupakan bagian dari masyarakat (public system).
c.
Kurikulum dalam pendidikan kejuruan
berdasarkan atas kebutuhan dunia kerja/ dunia industry.
d.
Jabatan atu pekerjaaan dalam kelompok/
keluarga sebagai salah satu pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan
khususnya pada tingkat menengah.
e.
Inovasi merupakan bagian yang sangat
ditekankan dalam pendidikan kejuruan.
f.
Seseorang dipersiapkan untuk dapat
memasuki dunia kerja melalui pendidikan kejuruan.
g.
Keselamatan kerja merupakan unsure
penting dalam pendidikan kejuruan.
h.
Pengawasan dalam peningkatan pengalaman
okupasi/ pekerjaan dapat dilakukan melalui pendidikan kejuruan.
6.
Pendidikan
Kejuruan dan Tuntutan Pengelolaan Pendidikan Kejuruan
Tuntutan
pengelolaan pada pendidikan kejuruan harus sesuai dengan kebijakan link and
match, yaitu perubahan dari pola lama yang cenderung berbentuk pendidikan demi
pendidikan ke suatu yang lebih terang, jelas dan konkrit menjadi pendidikan
kejuruan sebagai program pengembangan sumber daya manusia. Dimensi pembaharuan
yang diturunkan dari kebijakan link and match, yaitu :
a.
Perubahan dari pendekatan Supply Driven ke Demand Driven
Dengan demand driven ini mengharapkan dunia usaha dan dunia industri atau dunia kerja lebih berperan di dalam menentukan, mendorong dan menggerakkan pendidikan kejuruan, karena mereka adalah pihak yang lebih berkepentingan dari sudut kebutuhan tenaga kerja.
Dengan demand driven ini mengharapkan dunia usaha dan dunia industri atau dunia kerja lebih berperan di dalam menentukan, mendorong dan menggerakkan pendidikan kejuruan, karena mereka adalah pihak yang lebih berkepentingan dari sudut kebutuhan tenaga kerja.
b.
Perubahan dari pendidikan berbasis
sekolah (School Based Program) ke
sistem berbasis ganda (Dual Based Program)
Pendidikan yang dilakukan melalui proses bekerja di dunia kerja akan memberikan pengetahuan keterampilan dan nilai-nilai dunia kerja yang tidak mungkin atau sulit didapat di sekolah, antara lain pembentukan wawasan mutu, wawasan keunggulan, wawasan pasar, wawasan nilai tambah, dan pembentukan etos kerja.
Pendidikan yang dilakukan melalui proses bekerja di dunia kerja akan memberikan pengetahuan keterampilan dan nilai-nilai dunia kerja yang tidak mungkin atau sulit didapat di sekolah, antara lain pembentukan wawasan mutu, wawasan keunggulan, wawasan pasar, wawasan nilai tambah, dan pembentukan etos kerja.
c.
Perubahan dari model pengajaran yang
mengajarkan mata-mata pelajaran ke model pengajaran berbasis kompetensi
Perubahan ke model pengajaran ke berbasis kompetensi, bermaksud menuntun proses pengajaran secara langsung berorientasi pada kompetensi atau satuan-satuan kemampuan.
Perubahan ke model pengajaran ke berbasis kompetensi, bermaksud menuntun proses pengajaran secara langsung berorientasi pada kompetensi atau satuan-satuan kemampuan.
d.
Perubahan dari program dasar yang sempit
(Narrow Based) ke program dasar yang
mendasar, kuat dan luas (Broad Based)
Kebijakan link and match menuntut adanya pembaharuan, mengarah kepada pembentukan dasar yang mendasar, kuat dan lebih luas.
Kebijakan link and match menuntut adanya pembaharuan, mengarah kepada pembentukan dasar yang mendasar, kuat dan lebih luas.
e.
Perubahan dari sistem pendidikan formal
yang kaku, ke sistem yang luwes dan menganut prinsip multy entry, multy exit.
Prinsip ini memungkinkan peserta didik SMK yang telah memiliki sejumlah satuan kemampuan tertentu (karena program pengajarannya berbasis kompetensi) untuk mendapatkan kesempatan kerja di dunia kerja
Prinsip ini memungkinkan peserta didik SMK yang telah memiliki sejumlah satuan kemampuan tertentu (karena program pengajarannya berbasis kompetensi) untuk mendapatkan kesempatan kerja di dunia kerja
f.
Perubahan dari sistem yang tidak
mengakui keahlian yang telah diperoleh sebelumnya, ke sistem yang mengakui
keahlian yang diperoleh dari mana dan dengan cara apapun kompetensi itu
diperoleh (Recognition of prior learning)
Sistem baru pendidikan kejuruan harus mampu memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap kompetensi yang dimiliki oleh seseorang. Sistem ini akan memotivasi banyak orang yang sudah memiliki kompetensi tertentu
Sistem baru pendidikan kejuruan harus mampu memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap kompetensi yang dimiliki oleh seseorang. Sistem ini akan memotivasi banyak orang yang sudah memiliki kompetensi tertentu
g.
Perubahan dari pemisahan antara
pendidikan dengan pelatihan kejuruan, ke sistem baru yang mengintegrasikan
pendidikan dan pelatihan kejuruan secara terpadu.
Program baru pendidikan yang mengemas pendidikannya dalam bentuk paket-paket kompetensi kejuruan, akan memudahkan pengakuan dan penghargaan terhadap program pelatihan kejuruan dan program pendidikan kejuruan.
Program baru pendidikan yang mengemas pendidikannya dalam bentuk paket-paket kompetensi kejuruan, akan memudahkan pengakuan dan penghargaan terhadap program pelatihan kejuruan dan program pendidikan kejuruan.
h.
Perubahan dari sistem terminal ke sistem
berkelanjutan
Sistem baru tetap mengharapkan dan mengutamakan tamatan SMK langsung bekerja, agar segera menjadi tenaga produktif, dapat memberi return atas investasi SMK.
Sistem baru tetap mengharapkan dan mengutamakan tamatan SMK langsung bekerja, agar segera menjadi tenaga produktif, dapat memberi return atas investasi SMK.
i.
Perubahan dari manajemen terpusat ke
pola manajemen mandiri (prinsip desentralisasi)
Pola baru manajemen mandiri dimaksudkan memberi peluang kepada propinsi dan bahkan sekolah untuk menentukan kebijakan operasional, asal tetap mengacu kepada kebijakan nasional. Kebijakan nasioanl dibatasi pada hal-hal yang bersifat strategis, supaya memberi peluang bagi para pelaksana di lapangan berimprovisasi dan melakukan inovasi.
Pola baru manajemen mandiri dimaksudkan memberi peluang kepada propinsi dan bahkan sekolah untuk menentukan kebijakan operasional, asal tetap mengacu kepada kebijakan nasional. Kebijakan nasioanl dibatasi pada hal-hal yang bersifat strategis, supaya memberi peluang bagi para pelaksana di lapangan berimprovisasi dan melakukan inovasi.
j.
Perubahan dari ketergantungan sepenuhnya
dari pembiayaan pemerintah pusat, ke swadana dengan subsidi pemerintah pusat.
Sistem baru diharapkan dapat mendorong pertumbuhan swadana pada SMK, dan posisi lokasi dana dari pemerintah pusat bersifat membantu atau subsidi. Sistem ini juga diharapkan mampu mendorong SMK berpikir dan berperilaku ekonomis.
Sistem baru diharapkan dapat mendorong pertumbuhan swadana pada SMK, dan posisi lokasi dana dari pemerintah pusat bersifat membantu atau subsidi. Sistem ini juga diharapkan mampu mendorong SMK berpikir dan berperilaku ekonomis.
7.
Tuntutan
Pendidikan Kejuruan Menjawab Kebutuhan Masyarakat
Ditinjau
dari perspektif perkembangan kebutuhan pembelajaran dan aksesibilitas duia
usaha/industri, sekurang-kurangnya tiga dimensi pokok yang menjadi tantangan
bagi kita terutama SMK , baik dalam konteks regional maupun nasional,
diantaranya :
a.
Implementasi program pendidikan dan
pelatihan harus berfokus pada pendayagunaan potensi sumber daya lokal, sambil
mengoptimalkan kerjasama secara intensif dengan institusi pasangan
b.
Pelaksanaan kurikulum harus berdasarkan
pendekatan yang lebih fleksibel sesuai dengan trend perkembangan dan kemajuan
teknologi agar kompetensi yang diperoleh peserta didik selama dan sesudah
mengikuti program diklat, memiliki daya adaptasi yang tinggi
c.
Program pendidikan dan pelatihan
sepenuhnya harus berorientasi mastery learning (belajar tuntas) dengan
melibatkan peran aktif – partisipatif para stakeholders pendidikan, termasuk
optimalisasi peran Pemerintah Daerah untuk merumuskan pemetaan kompetensi
ketenagakerjaan di daerahnya sebagai input bagi SMK dalam penyelenggaraan
diklat berkelanjutan.
Upaya
untuk mempertahankan SMK yang dapat menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat,dan
didalamnya mencakup kemana arah Pendidikan Kejuruan dibawa, dalam hal ini SMK
harus mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Dalam menjalankan
peran dan fungsinya tersebut, maka pendidikan dan pelatihan di SMK perlu
memperhatikan prinsip-prinsip pendidikan kejuruan yang dikemukakan Prosser
(Djojonegoro, 1998); sebagai berikut :
a.
Pendidikan kejuruan akan efisien jika
lingkungan dimana siswa dilatih merupakan replika lingkungan dimana nanti ia
akan bekerja.
b.
Pendidikan kejuruan yang efektif hanya
dapat diberikan dimana tugas-tugas latihan dilakukan dengan cara, alat dan
mesin yang sama seperti yang ditetapkan di tempat kerja.
c.
Pendidikan kejuruan akan efektif jika
dia melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir dan bekerja seperti yang
diperlukan dalam pekerjaan itu sendri
d.
Pendidikan kejuruan akan efektif jika
dia dapat memampukan setiap individu memodali minatnya, pengetahuannya dan
keterampilannya pada tingkat yang paling tinggi.
e.
Pendidikan kejuruan yang efektif untuk
setiap profesi, jabatan atau pekerjaan hanya dapat diberikan kepada seseorang
yang memerlukannya, yang menginginkannya dan yang dapat untung darinya.
f.
Pendidikan kejuruan akan efektif jika
pengalaman latihan untuk membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan berfkir yang
benar diulangkan sehingga pas seperti yang diperlukan dalam pekerjaan nantinya.
g.
Pendidikan kejuruan akan efektif jika
gurunya telah mempunyai pengalaman yang sukses dalam penerapan keterampilan dan
pengetahuan pada operasi dan proses kerja yang akan dilakukan.
h.
Pada setiap jabatan ada kemampuan
minimum yang harus dipunyai oleh seseorang agar dia tetap dapat bekerja pada
jabatan tersebut.
i.
Pendidikan kejuruan harus memperhatikan
permintaan pasar (memperhatikan tanda-tanda pasar kerja).
j.
Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan
sosial yang efisien jika sesuai dengan kebutuhan seseorang yang memang
memerlukan dan memang paling efektif jika dilakukan lewat pengajaran kejuruan.
D. PENUTUP
Pada
hakekatnya pendidikan teknologi dan kejuruan adalah pendidikan yang
diselenggarakan bagi para siswa yang merencanakan dan mengembangkan karirnya
pada bidang keahlian tertentu untuk bekerja secara produktif dan professional
dan juga siap melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Fungsi
pendidikan kejuruan menyiapkan siswa menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang
mampu meningkatkan kualitas hidup, mampu mengembangkan dirinya, dan memiliki
keahlian dan keberanian membuka peluang meningkatkan penghasilan yang dilihat
dari psikologis
peserta didik dan
kondisi
sosial budaya.
Filsafat
pendidikan kejuruan adalah apa yang diyakini sebagai suatu pandangan hidup dan
landasan berpikir yang dianggap benar dan baik. Pendidikan kejuruan mengarah pada
prinsip yang dikaitkan dengan adanya bimbingan masyarakat, belajar seumur hidup,
memenuhi kebutuhan masyarakat, pendidikan kejuruan terbuka bagi semua, penempatan
lulusan, tidak membedakan jenis kelamin, kebutuhan individu akan pendidikan
kejuruan, kompetensi guru, etos kerja, pelatihan kerja, dan berorientasi mastery learning (belajar tuntas) dengan
melibatkan peran aktif partisipatif para stakeholders pendidikan.
E.
DAFTAR RUJUKAN
Calhoun, C.C. dan Finch, A.V. 1982. Vocational Education : Concept and
Operations. California :
Wads Worth Publishing Company.
Djohar,
A. 2012. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. (Online),
(http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_MESIN/195012051979031AS’ARI_DJOHAR/MAKALAH/PENDIDIKAN_TEKNOILOGI_DAN_KEJURUAN.pdf), diakses 20 Desember 2012.
Hasan,
B. 2012. Pendidikan Kejuruan di Indonesia. (Online),
(http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ELEKTRO/195512041981031BACHTIAR_HASAN/PENDIDIKAN_KEJURUAN_DI_INDONESIA.pdf), diakses 20 Desember 2012.
Kurniawan.
2012. Pendidikan Kejuruan Harus Demokratis. (Online), (http://re-
searchengines.com/0208kurniawan.html) diakses 20
Desember 2012.
Makhun,
J. 2012. Pendidikan Kejuruan.
(Online),
(http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN/IPA/196803081993031JOHARMAKNUN/Pend-kejuruan.pdf),
diakses 20 Desember 2012.
Tuwoso, 2012. Kapita Selekta Pendidikan Kejuruan. Malang: PPs UM
______, 2012. Implementasi Filsafat Pendidikan di
Pendidikan
Teknologi
Kejuruan. (Online), (http://blog.tp.ac.id/pdf/tag/implementasi-filsafat-pendidikan-di-pendidikan-teknologi-kejuruan.pdf),
diakses 20 Desember 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar